hihi

guys, kembali lagi bersama saya...

saya pingin posting, tapi, postingnya campur-campur,, may be,, kebanyakan tentang film... anyway, enjoy it...

Kalau Cinta Jangan Cengeng, Lihat Marshanda Kasar

MUNGKIN benar yang dikatakan penulis dan sutradara idealis Arswendo Atmowiloto bahwa semua di dunia ini bisa dijelaskan. Kecuali satu, cinta.

Betapa besar kekuatan cinta, bisa menguburkan perilaku masa lalu yang dialami Boy (Ringgo Agus Rahman), seorang artis terkenal yang suka ngedrugs.

Tiba-tiba Boy merubah tabiatnya menjadi seorang penolong. Perilaku Boy berubah kala mobil yang dikendarainya menabrak mobil yang berisi satu keluarga hingga menewaskan sepasang suami istri dan melukai seorang anak.

Dari sosok artis bengal, Boy berubah 180 derajat menjadi manusia bak malaikat penyelamat. Boy bergabung menjadi konselor, memberikan ceramah di tempat-tempat rehabilitasi pecandu narkoba. Namun, Boy terkejut melihat salah satu gadis junkie (pemakai narkoba) yang mengingatkannya pada kecelakaan lima tahun lalu. Dia terhenyak saat tahu jika gadis itu, Yani (Marshanda), anak pasangan yang ditabraknya lima tahun lalu.

Boy ingin menebus rasa bersalahnya dengan menolong Yani sembuh dari ketergantungan narkoba.

Yani kabur dari tempat rehabilitasi karena tidak tahan dengan perlakuan teman-temannya dan bersembunyi di tempat sahabatnya, Felix (Vincent klub 80's), seorang bandar narkoba.

Boy yang punya komitmen ingin menyelamatkan Yani dari jurang kesesatan, akhirnya mencari dan membawa Yani ke rumah pribadinya. Selama Yani tinggal di rumah Boy, media ramai menggosipkan Boy menjalin hubungan serius dengan perempuan pecandu narkotika.

Puncaknya, Luna (Sigi Wimala), pacar Boy, marah dan melabrak Boy. Boy khawatir Luna bisa menjadi seseorang yang menyakiti Yani. Boy pun memutuskan cinta Luna.

Setelah sekian lama Yani tinggal di rumah Boy perlahan-lahan akhirnya Boy jatuh hati terhadap Yani. Pernyataan hati Boy justru diucapkan saat Yani dikejar-kejar wartawan hiburan yang ingin mengorek keterangan dari Yani.

Di saat indahnya jalinan asmara yang sedang dirajut, tiba-tiba Ahmad (Dwi Sasono), mantan manajer Boy yang menggantikan hukuman Boy, keluar dari penjara.

Ahmad berusaha menelepon dan mendatangi rumah Boy untuk meminta keadilan. Bukan Boy yang ditemui tapi Yani. Karena Ahmad sudah merasa dikhianati, akhirnya bercerita kalau yang membunuh orangtua Yani adalah Boy.

Kontan saja Yani marah besar. Yani memutuskan keluar dari rumah Boy dan kembali ke habitatnya dahulu, berkumpul dengan komunitas junkie.

Boy yakin Yani akan kembali ke sana, tapi yang didapatnya lain. Yani over dosis karena ingin bunuh diri. Di mulutnya keluar busa putih. Seperti kejar-kejaran dengan maut, Boy langsung melarikan Yani ke rumah sakit.

Selamat dari ajal, Yani memutuskan menjadi konselor bagi pecandu di tempat rehabilitasi seperti yang Boy lakukan sebelumnya. Di suatu waktu, Yani sengaja membuatkan kue kesukaan Boy dan mengutarakan jika dirinya positif mengidap HIV. Di sinilah cinta Boy terhadap Yani diuji. Apakah Boy masih mau menerima Yani apa adanya?

Di film ini, Anda akan merasakan cita rasa lain dari Marshanda. Marshanda yang biasanya dikemas sebagai perempuan baik-baik, memerankan karakter Yani yang seorang pengguna narkoba berperangai.

Gaya bicaranya pun blak-blakan dan jorok pula. Anda akan ternganga seakan tidak percaya kata-kata jorok itu diucapkan oleh seorang Marshanda. Harus diakui, akting total Marshanda membuat jalan cerita ini kuat.

Begitupun dengan Ringgo Agus Rahman. Sosoknya yang selalu kocak dalam peran di film-film sebelumnya, di sini dituntut menjadi orang serius.

Yang disayangkan, dalam hal proses editing film ini terasa kasar dalam merangkai adegan dari satu scene ke scene berikutnya. Mungkin itu karena begitu banyaknya scene harus dirangkum dalam film berdurasi 116 menit ini.

Asmara Dua Diana, Di Antara Dua Cinta

FILM dengan alur flash back, mengisahkan Asmara (Jamie Aditya) yang sedang dalam dekapan penjara bercerita kepada sesama napi mengapa dirinya bisa tinggal di hotel prodeo.

Awal cerita, Asmara adalah lelaki beruntung karena menikahi Diana Wulandari (Luna Maya). Selain cantik, Diana anak tunggal dari ayah yang kaya raya hingga Asmara pun tak perlu repot-repot untuk menghidupi rumah tangga.

Hanya mokondo (modal kolor doang) bisa menjadi pengusaha travel berkat modal yang didapat dari sang mertua.

Dasar manusia tak pernah puas. Punya istri cantik, hidup dijamin oleh mertua, tetap saja tidak membuat Asmara menghentikan kebiasaan bertualang cinta. Wanita-wanita yang menjadi korban Asmara biasanya adalah kliennya sendiri.

Asmara memang lelaki jempolan. Selain baik, juga setia. Namun tidak untuk urusan seks. Kalau sudah berurusan dengan wanita, rayuan mautnya bisa membuai korban hingga ke atas ranjang.

Suatu waktu, Asmara melerai konflik antara seorang perempuan cantik bernama Diana Dwiana (Aura Kasih) dengan laki-laki. Dasar Asmara, dengan akal bulusnya, dia memanfaatkan peristiwa itu untuk bisa menjalin hubungan serius dengan Diana2.

Sungguh terkejutnya Asmara, saat Diana2 positif hamil setelah sekian kali berhubungan intim. Apalagi Diana2 menuntut Asmara untuk bertanggung jawab atas janin yang dikandungnya dan harus segera menikahinya. Tak lama Diana2 selingkuhannya hamil, istrinya pun dinyatakan positif hamil.

Bingung bukan kepalang hingga Asmara memutuskan menghindari Diana 2, dengan memboyong sang istri tinggal bersama orangtuanya ke Bandung.

Supaya lebih bisa jauh dari Diana2, Asmara pun menyewa seorang pembunuh bayaran bernama Bakri agar menculik Diana2 dan 'menghilangkannya'.

Sudah sekian lama tinggal di Bandung, tiba-tiba Asmara terkejut melihat istrinya sedang asyik mengobrol di teras rumah dengan Diana2.

Saat berada di tempat kerja, Asmara kedatangan klien seorang tentara berpangkat kolonel yang dikenal galak. Dia mencari seorang laki-laki yang telah menghamili adiknya, Diana2. Asmara ketakutan dan membatalkan rencana 'menghilangkan' Diana2.

Sayangnya nasi telah menjadi bubur. Istri dan mertuanya sudah tahu hubungan gelap dengan Diana2. Asmara pun diusir. Dia mendadak jatuh miskin, hidupnya menjadi tidak tentu. Tidak sengaja Asmara menguping pembicaraan antar preman bahwa hidup di penjara sangat enak karena dijamin negara. Bak gayung bersambut, Asmara mencari kesalahan yang bisa membuatnya dipenjara, yaitu dengan kencing di mobil polisi.

Aura kasih sebagai aktris pendatang baru, aktingnya tak mengecewakan. Apalagi beradu akting dengan para pemain yang lebih senior sekelas Jamie dan Luna Maya, Aura cukup bisa mengimbangi.

Ada scene di mana Aura menjadi wanita penggoda menggunakan lingerie saat akan bercinta dengan Jamie Aditya. Tak pelak, imej simbol seks melekat pada penembang Mari Bercinta itu.

Bride Wars, Berebut Pernikahan Sempurna

Bride Wars dibintangi Kate Hudson dan Anna Hathaway, magnetnya film komedi ringan. Keduanya menjadi sahabat yang berebut mewujudkan gambaran pernikahan ideal ala mereka.

Dari judulnya saja sudah bisa ditebak, seperti apa aliran cerita dan efek yang ingin dimunculkan sineas di film ini. Sejak kecil, Emma (Anna Hathaway) dan Liv (Kate Hudson) sudah punya gambaran ideal tentang hari pernikahan masing-masing.

Diawali dengan lamaran yang romantis dari calon suami, dan berlanjut ke tetek-bengek urusan pernikahan. Mulai musik yang akan disajikan, hidangan, sampai tempat dan tanggalnya. Meski masing-masing memiliki selera yang berbeda, untuk urusan tempat, mereka sepakat memilih Plaza Hotel yang dianggap paling prestisius.

Saat waktunya tiba, kesalahan tulis di wedding organizer membuat mereka tercatat menikah di tempat, waktu, dan jam yang sama.

Pilihannya jelas, salah satu harus ada yang mengalah. Sayangnya, baik Emma dan Liv sama-sama keras kepala. Perang dingin pun terjadi. Keduanya saling melancarkan strategi dan trik licik agar "rivalnya" batal menikah. Yeah, Bride Wars adalah film yang mengajak kita "bersenang-senang".

Penonton bisa mengetahui perkembangan cerita walau saat menontonnya dilakukan sambil menikmati popcorn, mengetik SMS, menerima telepon, atau bahkan memejamkan mata untuk beberapa menit.

Karakter Emma dan Liv yang digambarkan bertolak belakang, juga tak terlalu berpengaruh besar dalam perkembangan cerita.

Kecuali ya itu tadi, sekadar untuk mencari alasan dalam menampilkan cerita dan adegan lucu. Padahal perbedaan karakter ini bisa jadi modal agar eksplorasi karakter dan cerita jadi lebih menarik dan mendalam

The Duchess, Getirnya Hidup sang Ratu

The Duchess adalah pameran indah kostum, tata artistik, dan akting para pemainnya. Tapi bukan untuk cerita dan kualitas naskah.

Ini kisah tentang Georgiana Spencer, istri pertama William Cavendish, Duke kelima dari Devonshire. Ia adalah karakter nyata yang hidup di abad ke-18, masih golongan bangsawan, dan satu garis keturunan dengan Lady Diana Spencer, mantan istri Pangeran William, Prince of Wales.

Namun, jangan bayangkan kalau film besutan Saul Dibb (Bullet Boy) ini adalah gambaran objektif tentang Duchess of Devonshire. Ia hanya cukilan dari kisah cinta sang ratu yang pahit, ada reduksi di sana-sini, hingga akhirnya The Duchess hanya berujung sebagai sebuah film hiburan semata.

Layaknya kehidupan di abad patriarki, jalan hidup seorang perempuan seperti Georgiana (Keira Knightley) sangat mudah ditebak. Umur 17 tahun dia dinikahkan (baca: dijodohkan) dengan Duke of Devonshire, William Cavendish (Ralph Fiennes). Baru saja menikah, masalah sudah muncul.

Georgiana merasa suaminya tak hangat dan lebih sering diperlakukan sebagai mesin pembuat anak saja. Bahkan "tugas sebagai istri" pun "kurang sempurna", karena Georgiana hanya bisa melahirkan dua anak perempuan, bukan seorang laki-laki yang bisa menggantikan ayahnya menjadi raja.

Saat itulah muncul Elizabeth "Bess" Foster (Hayley Atwell). Awalnya, Bess adalah sahabat Georgiana. Ia menganggap Bess sebagai oase dalam pernikahannya yang kering. Sang Ratu bahkan mengajak Bess tinggal di istana. Dan seperti sudah bisa ditebak, pengkhianatan cinta itu hanya tinggal menunggu waktu saja.

Bess yang sudah memiliki tiga putra, akhirnya menjadi duri yang nyata dalam pernikahan Georgiana-William. Menghadapi itu, Georgiana jelas berontak, tapi toh William adalah raja yang segala titahnya harus dipatuhi. Cahaya hidup Georgiana mulai tumbuh lagi saat ia jatuh cinta dengan Charles Grey (Dominic Cooper), calon perdana menteri yang ia bantu urusan kampanyenya. Affair pun tak mampu dibendung.

Georgiana lantas mengajukan tawaran pada suaminya: ia merestui hubungan suaminya dengan Bess, namun sang suami harus merelakan hubungannya dengan Grey. Jelas, raja meradang. Egonya sebagai laki-laki tertampar, dan terjadilah perkelahian yang berujung pada perkosaan suami terhadap istri. Tapi justru dari situlah Georgiana hamil lagi, dan melahirkan bayi laki-laki.

Tapi toh, penderitaan Georgiana terus berlanjut. Sejak awal, Georgiana memang diplot sebagai tokoh protagonis dalam film ini. Kesengsaraan yang dijatuhkan bertubi-tubi padanya, disusun sedemikian rupa, hingga jalan hidupnya di film The Duchess mirip kisah perempuan sengsara dalam opera sabun. Harapannya tentu saja, semua penonton akan jatuh iba dan bersimpati padanya.

Sayang, pilihan untuk "menyengsarakan" Georgiana dan mengambil fokus cerita pada kisah cintanya, membawa konsekuensi lain. Gambaran tentang perempuan bangsawan paling terkenal di Inggris pada masanya ini menjadi tak utuh. Kebiasaan Georgiana yang gemar berjudi, yang sudah menjadi rahasia umum dalam sejarah, hanya ditampilkan sekilas, itu pun lebih mirip pelampiasan dari kehidupan pernikahannya yang carut-marut daripada sebuah kebiasaan buruk.

Bahkan, kelihaiannya di bidang politik maupun sosoknya yang dicintai rakyat (mirip dengan "keahlian" yang dimiliki kerabatnya, Lady Di) hanya ditampilkan sebagai tempelan saja. Memang, naif rasanya jika mengharapkan gambaran utuh seorang fitur melalui film yang terbatas durasinya. Tapi jika penulis skenario mau lebih serius menggarap naskahnya, tentu sisi lain ini bisa jadi pendamping yang melengkapi image tentang Georgiana.

Tentu saja, membuat The Duchess bisa lebih dari sekadar film hiburan mengharu biru, yang ceritanya bisa ditemui di banyak film lain (salah satunya The Other Boleyn Girl, yang juga berlatar kerajaan Inggris dan dibintangi aktris-aktris kelas satu).

okey guys, sebenerya gw pengen mosting lebih banyak lagi...

but... waktu tidak mengizinkan...

so...gw pamit undur diri dulu ye...

BUBYE...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "hihi"

Posting Komentar